Kau depanku tersenyum sipu,
Aku berlari...,
Tatap wajahmu aku kaku,
Aku terus malu,
Senyummu terhias senda,
Mencarik kolam jiwa,
Dadaku menderu lagu,
Menari angin jiwa,
Hidup kau dalam diriku,
Selama senyummu ku tadah,
Selagi pelangi kukuh talinya,
Selama kau berdarah,
Selagi masa tak kunjung tiba,
Ku harap kita tak membelah,
Senyummu buat ku gudah,
Coba ditahan gelora asmara,
Satukan kita bersama....
Sebelum aku parah....
senyuman sahabat ini telah membuatkan aku gundah... ini warna utk anda...
Oct 28, 2010
Oct 22, 2010
Sepi
Sepi... Tertawa aku sendiri,
Melidi, warna diri, getus hati,
Jadahnya ini,
Cepat berbagi,
Sepi tertawa,
Sepi tak hingga,
Meratap sayu dari puncak dewata
diterima???,
Semua bagai sang suria,
Dihina mati angkasa,
Aku ini api dalam lohong
Sepiku bukan melolong
Tangisku tak ditolong,
Biarkan aku dilorong,
Dipasung.. di usung... di sarung
Takla talkin di laung,
Tinggalkan aku meraung,
Maafkan aku yang Agung
waktuku habis berlopong
Melidi, warna diri, getus hati,
Jadahnya ini,
Cepat berbagi,
Sepi tertawa,
Sepi tak hingga,
Meratap sayu dari puncak dewata
diterima???,
Semua bagai sang suria,
Dihina mati angkasa,
Aku ini api dalam lohong
Sepiku bukan melolong
Tangisku tak ditolong,
Biarkan aku dilorong,
Dipasung.. di usung... di sarung
Takla talkin di laung,
Tinggalkan aku meraung,
Maafkan aku yang Agung
waktuku habis berlopong
Masa
Masa itu telah bermula agaknya....
Cuma... Terpulang...
Ia telanjang atau terajang...
Masa telah datang...
Terpulang...
Terbang... Hilang...
Masa itu tak pernah curang
ku harapkan ia terbang
cuma ia berselang... tak hilang...
Masa itu tak garang..
Bimbang... ia curang...
aku menghilang....
Cuma... Terpulang...
Ia telanjang atau terajang...
Masa telah datang...
Terpulang...
Terbang... Hilang...
Masa itu tak pernah curang
ku harapkan ia terbang
cuma ia berselang... tak hilang...
Masa itu tak garang..
Bimbang... ia curang...
aku menghilang....
Oct 19, 2010
Oct 18, 2010
Kiri & Kanan
Hadirmu dalam mimpiku,
Jemputkan aku kekamar beradu,
di antara kiri & Kanan
Aduh!!! Mengaduhku harapkan teduh,
Papan merapuh disamping Tepianku
Pulangkan aku kepadanya,
Belum saatnya rajawali kebumi bagiku,
Algojo muram durja kerna silamku,
Lena dijentik syahdu,
harapkan ia tak sepilu hatiku...
Terimakah warna hidup ku????
Biarla DIA penentu....
Jemputkan aku kekamar beradu,
di antara kiri & Kanan
Aduh!!! Mengaduhku harapkan teduh,
Papan merapuh disamping Tepianku
Pulangkan aku kepadanya,
Belum saatnya rajawali kebumi bagiku,
Algojo muram durja kerna silamku,
Lena dijentik syahdu,
harapkan ia tak sepilu hatiku...
Terimakah warna hidup ku????
Biarla DIA penentu....
Ampun
Lamaku tinggal,
karam sepi hanyut,
bersama silamku yang kelam,
masih berbukam,
Cinta padaMU sentiasa Surut
Sesurut warna putih jiwaku,
wajib yang disuruh, haram yang dilaku,
masih karam hanyut dibawa perahu,
dinihari hingga kelam tak kuhiraukan,
lafaz cinta padamu kuringgankan,
kalimah yang tertera sudah pudar,
Adakah ia masih diterima,
Lafaz cinta agung yang benar
walaupun jiwaku tak berwarna,
silamku pekat bernanah,
Ampunkn aku ALLAH,
dahi telanjang nantikan kalimah
kuharap diterima,
andai penuh nista,
jangan bawa aku bertemu ifrit durjana
karam sepi hanyut,
bersama silamku yang kelam,
masih berbukam,
Cinta padaMU sentiasa Surut
Sesurut warna putih jiwaku,
wajib yang disuruh, haram yang dilaku,
masih karam hanyut dibawa perahu,
dinihari hingga kelam tak kuhiraukan,
lafaz cinta padamu kuringgankan,
kalimah yang tertera sudah pudar,
Adakah ia masih diterima,
Lafaz cinta agung yang benar
walaupun jiwaku tak berwarna,
silamku pekat bernanah,
Ampunkn aku ALLAH,
dahi telanjang nantikan kalimah
kuharap diterima,
andai penuh nista,
jangan bawa aku bertemu ifrit durjana
Jiwa Aku
Di air yang tenang, di angin mendayu,perasaan penghabisan segala melaju,
menderu angin memacu laju,
bersama "Quarter Horse" berlari laju,
Berlari masih terus berlari,
Hingga temu warisan duniawi,
Alpa lihat bintang terus cumbui bulan,
Malam terus cemburi diri,
Warisannya harus kembali sebelum dinahari,
berlari terus berlari, melayang di atas sana,
Terhempas di satu wajah.
Lelaki montel berambut jarang, senyum tak lekang,
Ia lelaki yang resah, hilang arah,
mana menghilang? semua goyang?
merapuh tinggalkan sendirian?? kawan....
hanya warisan yang ditinggalkan
Baru berkenalan. Cuma berpandangan
Sungguhpun samudra jiwa sudah selam berselam
Masih saja berpandangan...
diheretnya ke orkes di teras emas kota,
Sebelum "Si MILA" bercerita,
tentang kehidupan selapasnya....
Angin memacu laju, dingin tubuhnya....
ku selimuti baldu Parsi,
Maka... bermula sebuah warna pertama si pemuda & dara....
Aduh! mengaduhku, minta sembuh,
Jiwaku di telanjang tika dia menerajang,
Diam, terus diam bisu...
masih di terajang, tapi ia girang,
Kersani terus merapuh,
Pahlawan terbilang hancur,
kerna bisa kata warisan kota,
"tak usah cumbui aku"
GILA!!!! teriak ku bisu
Bicaranya sama,
Bermula 1 pergi 2, 3
Hingga menjentik merah jiwa,
Darahku masih mengalir laju
masih membisu, seolah mati kaku
Persoalannya membentakkan jiwa muda dipaksa,
Ya!! aku terpaksa diamkan bicaramu,
biarpun jiwa ku gelojak amarah,
Hei! Aku Pahlawan rimba,
Kersaniku tak akan cair begitu,
Bicaranya nggak ketahuan,
Amarah jiwa dipersoalkan
ingin dibakar warisannya
Ajaib....
Dari amarah terbuka jiwa,
Semua kerna kudus bicara,
Pahlawan rimba mengatur langkah,
biarpun warisan salah angkara,
kasturi mula menghakis kersani...
Bermula cerita... JIWA
Ia ketawa
Dan rumput kering terus menyala
bukan tika diheret ke teras kota,
Ya! Bukan pertama, udah bicara,
merah bukan amarah,
ini warisan dicarinya,
Bagaimana???
Pahlawan ini kelu bicara,
"bicara hancurkanku,
Amarah menghempas ku,
tak aku malu, ia bicara begitu,
dari jiwa kudus sucinya satu"
Suaranya tinggi
Darahku terhenti berlari
Apakah aku harus memacu seru angin membantuku,
kabarkan bicaramu yang mengodaku,
benar bicaramu, hanyutkan kersaniku
Jalan sudah bertahun ku tempuh
tiada yang fahamiku,
seru dia aku menunggu
Rajawali ke bumi akanku tunggu,
andai ia tali pelangiku....
biarla ia mengalir sama kersaniku....
akan kucoba memeluk hati mati,
andai pelangi itu pekat warnai....
harapkan tali itu akan terus bertemu
dengan pelangi jiwa mudamu.....
P/S: Terima kasih kepada yg memberi inspirasi, berjaya utk aku 1st time,
maaf kalo ada yg terasa bkn utk kritik or kenakan sesape....
hakikatnya semua kerna bisa kata2, aku berkata YA, utk diam bicara,
Aku benci soalan yg sama...
MAAF ANDAI WARNA INI BUAT KAMU TERASA...
harap Jgn menjauh sudah....:-)
menderu angin memacu laju,
bersama "Quarter Horse" berlari laju,
Berlari masih terus berlari,
Hingga temu warisan duniawi,
Alpa lihat bintang terus cumbui bulan,
Malam terus cemburi diri,
Warisannya harus kembali sebelum dinahari,
berlari terus berlari, melayang di atas sana,
Terhempas di satu wajah.
Lelaki montel berambut jarang, senyum tak lekang,
Ia lelaki yang resah, hilang arah,
mana menghilang? semua goyang?
merapuh tinggalkan sendirian?? kawan....
hanya warisan yang ditinggalkan
Baru berkenalan. Cuma berpandangan
Sungguhpun samudra jiwa sudah selam berselam
Masih saja berpandangan...
diheretnya ke orkes di teras emas kota,
Sebelum "Si MILA" bercerita,
tentang kehidupan selapasnya....
Angin memacu laju, dingin tubuhnya....
ku selimuti baldu Parsi,
Maka... bermula sebuah warna pertama si pemuda & dara....
Aduh! mengaduhku, minta sembuh,
Jiwaku di telanjang tika dia menerajang,
Diam, terus diam bisu...
masih di terajang, tapi ia girang,
Kersani terus merapuh,
Pahlawan terbilang hancur,
kerna bisa kata warisan kota,
"tak usah cumbui aku"
GILA!!!! teriak ku bisu
Bicaranya sama,
Bermula 1 pergi 2, 3
Hingga menjentik merah jiwa,
Darahku masih mengalir laju
masih membisu, seolah mati kaku
Persoalannya membentakkan jiwa muda dipaksa,
Ya!! aku terpaksa diamkan bicaramu,
biarpun jiwa ku gelojak amarah,
Hei! Aku Pahlawan rimba,
Kersaniku tak akan cair begitu,
Bicaranya nggak ketahuan,
Amarah jiwa dipersoalkan
ingin dibakar warisannya
Ajaib....
Dari amarah terbuka jiwa,
Semua kerna kudus bicara,
Pahlawan rimba mengatur langkah,
biarpun warisan salah angkara,
kasturi mula menghakis kersani...
Bermula cerita... JIWA
Ia ketawa
Dan rumput kering terus menyala
bukan tika diheret ke teras kota,
Ya! Bukan pertama, udah bicara,
merah bukan amarah,
ini warisan dicarinya,
Bagaimana???
Pahlawan ini kelu bicara,
"bicara hancurkanku,
Amarah menghempas ku,
tak aku malu, ia bicara begitu,
dari jiwa kudus sucinya satu"
Suaranya tinggi
Darahku terhenti berlari
Apakah aku harus memacu seru angin membantuku,
kabarkan bicaramu yang mengodaku,
benar bicaramu, hanyutkan kersaniku
Jalan sudah bertahun ku tempuh
tiada yang fahamiku,
seru dia aku menunggu
Rajawali ke bumi akanku tunggu,
andai ia tali pelangiku....
biarla ia mengalir sama kersaniku....
akan kucoba memeluk hati mati,
andai pelangi itu pekat warnai....
harapkan tali itu akan terus bertemu
dengan pelangi jiwa mudamu.....
P/S: Terima kasih kepada yg memberi inspirasi, berjaya utk aku 1st time,
maaf kalo ada yg terasa bkn utk kritik or kenakan sesape....
hakikatnya semua kerna bisa kata2, aku berkata YA, utk diam bicara,
Aku benci soalan yg sama...
MAAF ANDAI WARNA INI BUAT KAMU TERASA...
harap Jgn menjauh sudah....:-)
Warna
Bukan tujuan aku untuk glamor,
hanya mahu hiburkan diri waktu aku terbuang, luahkan apa yang terbuku...
kerna aku akan kaku....
di wujudkan ini kerna WARNA adalah hakikat kehidupan & kompleks untuk diterangkan...
Maka disini tempat bersidang....
Kalian dibenarkan untuk komen positif / negatif atau hadirkan warna untuk warnai rumah ini.
P/S: Bukan hanya Puisi apa saja boleh di terima andai anda berwarna...
SENI ITU PELIK
hanya mahu hiburkan diri waktu aku terbuang, luahkan apa yang terbuku...
kerna aku akan kaku....
di wujudkan ini kerna WARNA adalah hakikat kehidupan & kompleks untuk diterangkan...
Maka disini tempat bersidang....
Kalian dibenarkan untuk komen positif / negatif atau hadirkan warna untuk warnai rumah ini.
P/S: Bukan hanya Puisi apa saja boleh di terima andai anda berwarna...
SENI ITU PELIK
Subscribe to:
Posts (Atom)