Tangisku Mengenang sebuah kisah,
yang tidak pernah pudar,
Tentang awan indah,
yang warna darah,
Saat itu aku tertanya,
Mana semua,
yang mengaku penegak ugama,
sedangkan ada kisah yang tidak di ambil endah,
Tertawa durjana mereka,
Bila disoalnya,
Bukan sama bangsa untuk dijaga,
Tiada kepentingan untuk diusaha,
Sampai bila?
Oh umat yang terumata?
Menanti langit bertukar jingga?
Atau Mata satu mula berkuasa?
Kisah ugama yang tiada sudah,
Kita teriak membantah,
Walhal yang berkuasa,
Duduk semeja, tertawa,
No comments:
Post a Comment