Meja bulat,
Semua Bangsawan,
Porak Peranda,
Hanya teriak megah,
Bicara ia tentang merdeka,
Dunia, Peperangan, Damai,
Huh! Propaganda, Dusta semua,
Yang hadir angguk mengiya,
Porak peranda,
Boneka? Bangsawan apa?
Takut pada Si "David Star" durjana,
Oh Lupa! kalian boneka,
Dikawal mafia dunia,
Teriaknya gah,
Mau perhatian dunia,
Nama, Bangsawan erat bersama,
Propaganda,
Ya! lengkap cantik bergaya,
Sesuai dengan namanya,
Persatuan Berbual Bicara (P.B.B)
porak peranda,
Tugu untuk memahat nama,
bangsawan gila,
lupa hakikatnya,
ramai teriak derita... porak peranda,
kerna ia...
meja bulat hanya tahu,
teriak gah, memahat cerita dunia,
Porak peranda...
Dec 26, 2010
hati itu (Tsunami)
Hari itu tiba,
Tak mungkin berlalu dari ombak minda,
Ingatan ubtuk si kerdil dunia,
Bahana mencumbui alam dengan nista,
Hari itu,
Angin menampar pipi,
Dingin... Tak sedingin hati kini,
Semua tragedi.... Hati ini sudah mati,
Hari ini,
Tak guna diratapi... tetap pergi,
ukirkan segala di tiang hati,
Biarpun karat tiada seri,
Hari Itu,
Tsunami,
Kau ragut setiap isi bumi,
Musnahkan bahgia kami,
Hari ini,
Si kerdil bumi akui,
silap mencumbui bumi....
mati....
Tak mungkin berlalu dari ombak minda,
Ingatan ubtuk si kerdil dunia,
Bahana mencumbui alam dengan nista,
Hari itu,
Angin menampar pipi,
Dingin... Tak sedingin hati kini,
Semua tragedi.... Hati ini sudah mati,
Hari ini,
Tak guna diratapi... tetap pergi,
ukirkan segala di tiang hati,
Biarpun karat tiada seri,
Hari Itu,
Tsunami,
Kau ragut setiap isi bumi,
Musnahkan bahgia kami,
Hari ini,
Si kerdil bumi akui,
silap mencumbui bumi....
mati....
Harapan Syurga
Mati itu indah,
Harap cepat tiba,
Inginku tempah syurga,
Itu janjiNYA,
Biar aku menerobos ditengah,
Biar aku diwarnai darah pewira,
Biarkan... Aku Ingin Syurga,
Syahid dijalanNYA
Harap cepat tiba,
Inginku tempah syurga,
Itu janjiNYA,
Biar aku menerobos ditengah,
Biar aku diwarnai darah pewira,
Biarkan... Aku Ingin Syurga,
Syahid dijalanNYA
Dec 6, 2010
Si Tua dan Si Tua
Wahai Pemuda,
Kamu malas, masih mahu harta,
Diam hanya berpoya, hanya tahu membantah,
Tak fikir kamu bakal pimpin negara,
Aduh orang lama...
Sudahlah dengan propaganda,
Disedut setiap tanah,
Dihirup Setiap tenaga,
Khabarkan pada semua keringat kami ini sampah!!!
Wahai si muda,
Negeri ini kami tinggalkan untukmu,
Berbakti dengan seluruh kudratmu,
Ingat perjuangan kamu dulu,
Aduh si tua,
Ya!!! Perjuangan itu dulu,
Kini dah berlalu,
Kau hirup segala yang terbentang,
Kau biarkan kami telanjang,
Ah Pemuda,
Alasan setiap perkara,
Malas besar citanya,
Ingat kami yang menciptanya,
Si Tua,
Ciptaan apanya, semua dusta!
Bukan kami yang mencekik anak tak berbapa,
Semua habis kau tarah, kami???
Dijadikan boneka Tak berjuang katanya?
Cukuplah si muda,
Kami angkat senjata beri kamu merdeka,
Kami parah gadaikan maruah dan darah,
Semua untuk anda,
Sudahlah Orang lama,
Jangan berpropaganda, kami bencinya,
Kau meerdeka dengan pena bukan darah,
kami yang bersalah setelah kau merobek setiap pelusuk merdeka,
Dusta!!!
Semuanya diwariskan untuk kamu pemuda,
Hentikan drama si tua,
kami bukan Pemuda buta,
Kamu semakin kaya,
HirupTanah tercinta, tinggalan kami terseksa,
Kami tak bersalah,
Kamu Pemuda hanya tahu bentak amarah,
Tak mengerti apa,
Menyalak tak kira apa,
Ya! Kami berdosa,
kerna kami pemuda dalam negara,
kami dipersalah, jika porak peranda,
Si Tua dan Si muda,
Masih berbicara tiada selesai perkara,
mengepak bicara,
Lupa yang ia akan tua dan pernah muda,
Pada siapa yang harus dibicara?
Kerna semua sama,
Propaganda minda,
Si Tua berkuasa, Si muda baru lihat dunia...
Kamu malas, masih mahu harta,
Diam hanya berpoya, hanya tahu membantah,
Tak fikir kamu bakal pimpin negara,
Aduh orang lama...
Sudahlah dengan propaganda,
Disedut setiap tanah,
Dihirup Setiap tenaga,
Khabarkan pada semua keringat kami ini sampah!!!
Wahai si muda,
Negeri ini kami tinggalkan untukmu,
Berbakti dengan seluruh kudratmu,
Ingat perjuangan kamu dulu,
Aduh si tua,
Ya!!! Perjuangan itu dulu,
Kini dah berlalu,
Kau hirup segala yang terbentang,
Kau biarkan kami telanjang,
Ah Pemuda,
Alasan setiap perkara,
Malas besar citanya,
Ingat kami yang menciptanya,
Si Tua,
Ciptaan apanya, semua dusta!
Bukan kami yang mencekik anak tak berbapa,
Semua habis kau tarah, kami???
Dijadikan boneka Tak berjuang katanya?
Cukuplah si muda,
Kami angkat senjata beri kamu merdeka,
Kami parah gadaikan maruah dan darah,
Semua untuk anda,
Sudahlah Orang lama,
Jangan berpropaganda, kami bencinya,
Kau meerdeka dengan pena bukan darah,
kami yang bersalah setelah kau merobek setiap pelusuk merdeka,
Dusta!!!
Semuanya diwariskan untuk kamu pemuda,
Hentikan drama si tua,
kami bukan Pemuda buta,
Kamu semakin kaya,
HirupTanah tercinta, tinggalan kami terseksa,
Kami tak bersalah,
Kamu Pemuda hanya tahu bentak amarah,
Tak mengerti apa,
Menyalak tak kira apa,
Ya! Kami berdosa,
kerna kami pemuda dalam negara,
kami dipersalah, jika porak peranda,
Si Tua dan Si muda,
Masih berbicara tiada selesai perkara,
mengepak bicara,
Lupa yang ia akan tua dan pernah muda,
Pada siapa yang harus dibicara?
Kerna semua sama,
Propaganda minda,
Si Tua berkuasa, Si muda baru lihat dunia...
Dec 2, 2010
Aku siapa
Tiba masanya,
Putih tegak berkibar,
Bukan pengalah, Bukan berduka,
Ku kenal hanya gembira dalam hiba,
Aku siapa?
mengepak elang agaknya?
Melayang di samudera?
Tak terlihat poseidon kiranya?
Aku siapa unuk bicara?
Lupa bisu tubuhku?
untuk selawatmu,
lafaz kalimah yang satu,
Aku siapa?
elang angkasa, bukan poseidon muda,
kau salacia jiwa, aku venus hina,
tak mampu untuk aku bicara,
walaupun terbit indah,
Siapa aku?
Aku ini siapa?
hanya eelang yang hanya berlegar, mengepak indah,
melihat poseidon bersatu salacia,
Terus berkibar putih megah,
dongeng yang kuharap berubah,
tapi... aku ini siapa,
Hanya menunggu indah,
Redha ia semakin pudar...
nukilan untuk seorang sahabat yang tak mampu untuk menerangkan jiwanya kepada salacia (cintanya yg berada seberang laut) janagn mengalah bro.. hahahaha...
Putih tegak berkibar,
Bukan pengalah, Bukan berduka,
Ku kenal hanya gembira dalam hiba,
Aku siapa?
mengepak elang agaknya?
Melayang di samudera?
Tak terlihat poseidon kiranya?
Aku siapa unuk bicara?
Lupa bisu tubuhku?
untuk selawatmu,
lafaz kalimah yang satu,
Aku siapa?
elang angkasa, bukan poseidon muda,
kau salacia jiwa, aku venus hina,
tak mampu untuk aku bicara,
walaupun terbit indah,
Siapa aku?
Aku ini siapa?
hanya eelang yang hanya berlegar, mengepak indah,
melihat poseidon bersatu salacia,
Terus berkibar putih megah,
dongeng yang kuharap berubah,
tapi... aku ini siapa,
Hanya menunggu indah,
Redha ia semakin pudar...
nukilan untuk seorang sahabat yang tak mampu untuk menerangkan jiwanya kepada salacia (cintanya yg berada seberang laut) janagn mengalah bro.. hahahaha...
Teriak Negarawan
Baca laporan hari ini,
Secangkir kopi disisi setia menemani,
Ekonomi, Politik semua cuba untuk perdaya,
Apa yang benar? Mungkin Tiada,
Hanya cerita indah,
Dukanya tak diambil endah,
sedang cuba bersaing dengan harga diri,
tapi... bukan sebangsat ini,
Dihimpit konkrit rimba,
Disuruh bersyukur apa yang ada,
Aku bukan boneka untuk mengata YA!!!
Jerihku diperah selagi ada,
Untuk mereka bergembira,
aku dihina dibumi bertuah,
yang digelar NEGARA,
sedangkan mereka mengatur serta rosakkan segalanya,
untuk kami yg gelarannya Rakyat jelata...
Secangkir kopi disisi setia menemani,
Ekonomi, Politik semua cuba untuk perdaya,
Apa yang benar? Mungkin Tiada,
Hanya cerita indah,
Dukanya tak diambil endah,
sedang cuba bersaing dengan harga diri,
tapi... bukan sebangsat ini,
Dihimpit konkrit rimba,
Disuruh bersyukur apa yang ada,
Aku bukan boneka untuk mengata YA!!!
Jerihku diperah selagi ada,
Untuk mereka bergembira,
aku dihina dibumi bertuah,
yang digelar NEGARA,
sedangkan mereka mengatur serta rosakkan segalanya,
untuk kami yg gelarannya Rakyat jelata...
Nov 23, 2010
Kita adalah Robot
Aku adalah robot,
Tanpa wayar,
Elektrik,
Besi,
Aku adalah Robot,
Saat si jantan memekik,
aku dihidupkan,
Masih bertahan,
Fajar mula meninggi,
Mulanya aku berfungsi,
Mendengar getus hati,
Rakan senasib diri,
Aku adalah robot,
yang bicara masa depan,
pabila habis tenaga,
Buang,
Aku Robot,
Yang ingin bermimpi,
Untuk menjadi seperti burung,
Terbang tinggi, imaginasi...
Aku tetap robot,
Dari 9 pagi tetap berdiri,
6 petang baru di mati,
Khianati... Kehidupan ini,
Aku, kau, Kalian,
Kita adalah robot,
Saatnya celik dunia,
hingga pejam tak berbeza...
Tanpa wayar,
Elektrik,
Besi,
Aku adalah Robot,
Saat si jantan memekik,
aku dihidupkan,
Masih bertahan,
Fajar mula meninggi,
Mulanya aku berfungsi,
Mendengar getus hati,
Rakan senasib diri,
Aku adalah robot,
yang bicara masa depan,
pabila habis tenaga,
Buang,
Aku Robot,
Yang ingin bermimpi,
Untuk menjadi seperti burung,
Terbang tinggi, imaginasi...
Aku tetap robot,
Dari 9 pagi tetap berdiri,
6 petang baru di mati,
Khianati... Kehidupan ini,
Aku, kau, Kalian,
Kita adalah robot,
Saatnya celik dunia,
hingga pejam tak berbeza...
Nov 21, 2010
Teriak Kemiskinan
Malam tiba seri,
Kuharap pagi indah tidak menyepi,
Agar aku tak gundah,
Nikmati Hari pagi,
Mau ke pasar membeli,
Harganya menyombong tinggi
Tak layak bersahabat lagi,
Harap mereka mengerti,
Pasti bingung,..
bila aku kembali,
Teriak mereka gembira meninggi,
Ayah pulang bawa sarapan pagi,
Kita sudah punya wang untuk membeli roti,
Mana dicari wangnya,
Andai semua tak dihargai,
oleh keperluan kini,
Mereka menyombong meninggi,
Tinggalkan kami kemiskinan kini...
Kisah nyata yg pernah dialami sewaktu zaman kepayahan seluruh keluargaku gara-gara membetulkan kesalahan, kami terhambat oleh kemiskinan....
Kuharap pagi indah tidak menyepi,
Agar aku tak gundah,
Nikmati Hari pagi,
Mau ke pasar membeli,
Harganya menyombong tinggi
Tak layak bersahabat lagi,
Harap mereka mengerti,
Pasti bingung,..
bila aku kembali,
Teriak mereka gembira meninggi,
Ayah pulang bawa sarapan pagi,
Kita sudah punya wang untuk membeli roti,
Mana dicari wangnya,
Andai semua tak dihargai,
oleh keperluan kini,
Mereka menyombong meninggi,
Tinggalkan kami kemiskinan kini...
Kisah nyata yg pernah dialami sewaktu zaman kepayahan seluruh keluargaku gara-gara membetulkan kesalahan, kami terhambat oleh kemiskinan....
Nov 13, 2010
Andai aku hilang...
Hari itu akan datang,
Segala gemilang... kecundang,
Jangan meradang,
Ia terhidang,
Ia telah lama menunggu... menjemputku,
Datangnya tiada waktu hanya DIA penentu,
Saat DIA menjemputku... Jangan berduka buat aku bimbang,
Saat pergiku iringi dengan tawa riang,
Lepaskan aku dengan tenang,
Ingat aku saat riang,
Hanya satu yang harus dibilang,
Doakan aku sentiasa tenang,
Andai aku hilang.....
Segala gemilang... kecundang,
Jangan meradang,
Ia terhidang,
Ia telah lama menunggu... menjemputku,
Datangnya tiada waktu hanya DIA penentu,
Saat DIA menjemputku... Jangan berduka buat aku bimbang,
Saat pergiku iringi dengan tawa riang,
Lepaskan aku dengan tenang,
Ingat aku saat riang,
Hanya satu yang harus dibilang,
Doakan aku sentiasa tenang,
Andai aku hilang.....
Nov 7, 2010
Memali
Meja Bulat,
Para bangsawan,
Mula Sepakat,
Hapuskan saja mereka yang menggugat,
Takla Fajar baru menjengah
19 November segalanya bermula,
Berdarah peristiwa, dongengkan berita,
Propaganda bermaharajalela,
14 nyawa tak berharga,
Mereka bebas gembira setelah musnah segala,
Bermula episod duka,
Di pekan kecil MEMALI namanya,
Langit berkerut tanpa cahaya
Seolah ngerti...
Pada peristiwa..
Darah Syuhada mengalir indah...
Embun pagi menguap,
Di atas jalan berlumpur,
Puluhan kaki kasar,
Ke hulu ke hilir,
Kemudian berubah keseratus,
di atas rumput,
becak bersampah,
Laungan Allahuakbar, bermula cerita,
Terdengar laungan peluru...
Tiada Sedih sendu..
Seakan ngerti,
Mereka tewas di dinihari, tiada lagi...
"Biar mereka datang,
Hadapkan dengan parang,
Kita akan meradang dihidang seperti jalang,
Menerajang.. walaupun kecundang,"
Allahuakbar!!!
Allahuakbar!!!
Allahuakbar!!!
Teriak terakhir...
Sepi... tiada lagi memuji Ilahi,
Tinggal anak tak berbapa,
Keluarga tiada ketua,
Hanya cerita mereka penderhaka,
Propaganda...
Sempena 19 Nov ini... kisah dari memali... ini bukan tujuan aku berpolitik hanya luahan yang aku rasa ketidak adilan berlaku... diharap tiada yg mempergunakannya dgn tujuan politik....
Al-fatihah aku tujukan buat mereka yga tewas...
1. Ustaz Ibrahim Mahmud, Kampung Charok Puteh, Siong, Baling, Kedah 45 tahun, guru dan pendakwah Islam. Beliau meninggalkan seorang balu yang juga telah ditahan beberapa minggu dalam kem tahanan di markas Polis Hutan Sungai Petani, kemudian dipindahkan ke Penjara di Alor Setar sehingga dibebaskan. Beliau meninggalkan lima orang anak, dua orang sedang bersekolah dan tiga orang lagi masih kecil.
2. Ahmad Hassan, Kampung Alor Melentang, Gunung, Alor Setar, 30 tahun, kerja sendiri, bekas pegawai LPN, bekas ketua Dewan Pemuda PAS Kuala Kedah 1979-1981, bekas Setiausaha Kerja DPPN Kedah 1981-1983. Beliau meninggalkan seorang balu dan empat orang anak yang masih belum bersekolah.
3. Syafie bin Dahaman, Sekolah Menengah Siong, Baling, 30 tahun, guru Sekolah Menegah Siong, meninggalkan seorang balu dan seorang anak.
4. Haji Abdullah bin Haji Abdul Rahman, Mukim Siong Baling, 72 tahun, penoreh getah. Beliau meninggalkan seorang balu dan tujuh orang anak.
5. Abdul Manaf bin Waden, Kampung Becah Sawa, 58 tahun, penoreh getah, meninggalkan seorang balu dan tiga orang anak.
6. Ghazali bin Mohd Saman, Kampung Becah Sawa, 36 tahun, merinyu malaria, meninggalkan seorang balu dan 3 orang anak.
7. Mohd Radzi bin Ahmad, Kampung Ubi Memali, 27 tahun, penoreh getah, meninggalkan empat orang anak dan isterinya telah meninggal sejak beberapa lama.
8. Wan Abdullah @ Idris bin Lebai Kadir, Kampung Charok Bunting, Siong, Baling, 32 tahun, penoreh getah; meninggalkan seorang balu dan enam orang anak sebahagiannya masih bersekolah.
9. Mohd Aroff bin Hashim, Kampung Becah, Siong, 36 tahun, penoreh getah; meninggalkan seorang balu dan enam orang anak.
10. Zamri bin Md Isa, Kampung Charok Puteh, 37 tahun, pemandu; meninggalkan seorang balu dan tiga orang anak.
11. Abdullah bin Yasin, Kampung, Guar Reban, Kupang, 33 tahun, berniaga; meninggalkan seorang balu dan tiga orang anak.
12. Mohd Daud bin Kadir, Kampung Becah Sawa, 53 tahun, penoreh getah; meninggalkan seorang balu dan tiga orang anak.
13. Ahmad bin Ismail, Kampung Cepir, Sik, 30 tahun, mekanik motosikal; meninggalkan seorang balu dan 4 orang anak.
14. Haji Abdul Rahman bin Jusoh, Siong, Baling, 69 tahun. Beliau cedera parah dan akhirnya meninggal dunia kerana kecederaan tersebut pada 31 Jan 1986.
Para bangsawan,
Mula Sepakat,
Hapuskan saja mereka yang menggugat,
Takla Fajar baru menjengah
19 November segalanya bermula,
Berdarah peristiwa, dongengkan berita,
Propaganda bermaharajalela,
14 nyawa tak berharga,
Mereka bebas gembira setelah musnah segala,
Bermula episod duka,
Di pekan kecil MEMALI namanya,
Langit berkerut tanpa cahaya
Seolah ngerti...
Pada peristiwa..
Darah Syuhada mengalir indah...
Embun pagi menguap,
Di atas jalan berlumpur,
Puluhan kaki kasar,
Ke hulu ke hilir,
Kemudian berubah keseratus,
di atas rumput,
becak bersampah,
Laungan Allahuakbar, bermula cerita,
Terdengar laungan peluru...
Tiada Sedih sendu..
Seakan ngerti,
Mereka tewas di dinihari, tiada lagi...
"Biar mereka datang,
Hadapkan dengan parang,
Kita akan meradang dihidang seperti jalang,
Menerajang.. walaupun kecundang,"
Allahuakbar!!!
Allahuakbar!!!
Allahuakbar!!!
Teriak terakhir...
Sepi... tiada lagi memuji Ilahi,
Tinggal anak tak berbapa,
Keluarga tiada ketua,
Hanya cerita mereka penderhaka,
Propaganda...
Sempena 19 Nov ini... kisah dari memali... ini bukan tujuan aku berpolitik hanya luahan yang aku rasa ketidak adilan berlaku... diharap tiada yg mempergunakannya dgn tujuan politik....
Al-fatihah aku tujukan buat mereka yga tewas...
1. Ustaz Ibrahim Mahmud, Kampung Charok Puteh, Siong, Baling, Kedah 45 tahun, guru dan pendakwah Islam. Beliau meninggalkan seorang balu yang juga telah ditahan beberapa minggu dalam kem tahanan di markas Polis Hutan Sungai Petani, kemudian dipindahkan ke Penjara di Alor Setar sehingga dibebaskan. Beliau meninggalkan lima orang anak, dua orang sedang bersekolah dan tiga orang lagi masih kecil.
2. Ahmad Hassan, Kampung Alor Melentang, Gunung, Alor Setar, 30 tahun, kerja sendiri, bekas pegawai LPN, bekas ketua Dewan Pemuda PAS Kuala Kedah 1979-1981, bekas Setiausaha Kerja DPPN Kedah 1981-1983. Beliau meninggalkan seorang balu dan empat orang anak yang masih belum bersekolah.
3. Syafie bin Dahaman, Sekolah Menengah Siong, Baling, 30 tahun, guru Sekolah Menegah Siong, meninggalkan seorang balu dan seorang anak.
4. Haji Abdullah bin Haji Abdul Rahman, Mukim Siong Baling, 72 tahun, penoreh getah. Beliau meninggalkan seorang balu dan tujuh orang anak.
5. Abdul Manaf bin Waden, Kampung Becah Sawa, 58 tahun, penoreh getah, meninggalkan seorang balu dan tiga orang anak.
6. Ghazali bin Mohd Saman, Kampung Becah Sawa, 36 tahun, merinyu malaria, meninggalkan seorang balu dan 3 orang anak.
7. Mohd Radzi bin Ahmad, Kampung Ubi Memali, 27 tahun, penoreh getah, meninggalkan empat orang anak dan isterinya telah meninggal sejak beberapa lama.
8. Wan Abdullah @ Idris bin Lebai Kadir, Kampung Charok Bunting, Siong, Baling, 32 tahun, penoreh getah; meninggalkan seorang balu dan enam orang anak sebahagiannya masih bersekolah.
9. Mohd Aroff bin Hashim, Kampung Becah, Siong, 36 tahun, penoreh getah; meninggalkan seorang balu dan enam orang anak.
10. Zamri bin Md Isa, Kampung Charok Puteh, 37 tahun, pemandu; meninggalkan seorang balu dan tiga orang anak.
11. Abdullah bin Yasin, Kampung, Guar Reban, Kupang, 33 tahun, berniaga; meninggalkan seorang balu dan tiga orang anak.
12. Mohd Daud bin Kadir, Kampung Becah Sawa, 53 tahun, penoreh getah; meninggalkan seorang balu dan tiga orang anak.
13. Ahmad bin Ismail, Kampung Cepir, Sik, 30 tahun, mekanik motosikal; meninggalkan seorang balu dan 4 orang anak.
14. Haji Abdul Rahman bin Jusoh, Siong, Baling, 69 tahun. Beliau cedera parah dan akhirnya meninggal dunia kerana kecederaan tersebut pada 31 Jan 1986.
Nov 2, 2010
Kamar
Kamar ini...
Sempit untuk meniup nyawa,
Hanya 7 x 3 lebar dalamnya,
Tiada Jendela untuk dunia luar,
Tiada sinar Bahgia,
Andai dipeluk erat derhaka padaNYA,
Ifrit Teman Setia,
Neraka Tempat bercinta... Setia....
selapas aku hadiri pengurusan jenazah tahun 2008, nasib baik masih lagi dalam simpanan aku...
Sempit untuk meniup nyawa,
Hanya 7 x 3 lebar dalamnya,
Tiada Jendela untuk dunia luar,
Tiada sinar Bahgia,
Andai dipeluk erat derhaka padaNYA,
Ifrit Teman Setia,
Neraka Tempat bercinta... Setia....
selapas aku hadiri pengurusan jenazah tahun 2008, nasib baik masih lagi dalam simpanan aku...
Anak Jalanan
Tak bersikat... Berkilat,
Sarungkan Seluar singkat,
BenSherman Ketat,
Vespa Berkilat,
Di teras emas kota,
Bermaharajalela,
Ramai yang gundah gulana,
Kita Raja Rimba konkrit kota,
Siang bekerja, malam berpoya,
Working class namanya,
Tapi masih dihina,
tak bermaruah kata mereka,
Dari 1 datangnya 2 seterusnya,
Rapatkan DOCMARTnya... Berderap,
Melangkah gagah,
Tengah Konkrit Rimba,
Di Dada akhbar,
Tersiar Dusta,
Pemakan sampah???
Tulisannya mahu nama..???
Dusta belaka,
Biarkan mereka buta,
menindas kita raja jalanan kota,
tak semudah disangka,
Masih melangkah walau dihina,
Koporat hanya mahu glamor,
Mangsanya??? Kami penjajah Pulau kota...
Anak jalanan negara...
Cuma lain identitinya,
Dah terbiasa dicerca...
oleh keparat tak ngerti apa...
Kami raja konkrit kota...
Anak jalanan negara...
Merasa dukacita kerna selalu dipersalahkan oleh mereka yg hanya mahukan nama, hingga mengabaikan ape yg sebenarnya dari kami anak jalanan
Sarungkan Seluar singkat,
BenSherman Ketat,
Vespa Berkilat,
Di teras emas kota,
Bermaharajalela,
Ramai yang gundah gulana,
Kita Raja Rimba konkrit kota,
Siang bekerja, malam berpoya,
Working class namanya,
Tapi masih dihina,
tak bermaruah kata mereka,
Dari 1 datangnya 2 seterusnya,
Rapatkan DOCMARTnya... Berderap,
Melangkah gagah,
Tengah Konkrit Rimba,
Di Dada akhbar,
Tersiar Dusta,
Pemakan sampah???
Tulisannya mahu nama..???
Dusta belaka,
Biarkan mereka buta,
menindas kita raja jalanan kota,
tak semudah disangka,
Masih melangkah walau dihina,
Koporat hanya mahu glamor,
Mangsanya??? Kami penjajah Pulau kota...
Anak jalanan negara...
Cuma lain identitinya,
Dah terbiasa dicerca...
oleh keparat tak ngerti apa...
Kami raja konkrit kota...
Anak jalanan negara...
Merasa dukacita kerna selalu dipersalahkan oleh mereka yg hanya mahukan nama, hingga mengabaikan ape yg sebenarnya dari kami anak jalanan
Nov 1, 2010
Mengalir deras sungai nadiku,
Didendangkan hasutan,
Persetankan laungan serta raungan,
YA!! Silamku tak seperti BALQIS
Kudusku Tak Seindah YUSUF
JAHAL bukan diriku,
Semakin deras sungai ini mengalir,
Perlihatkan dindingnya merapuh,
Apakah harus menyeru syaitan satukan seteru.
kerana amarah aku kepada mereka yang selalu membicarakan tentang aku sedangkan xkenal siapa aku...
Didendangkan hasutan,
Persetankan laungan serta raungan,
YA!! Silamku tak seperti BALQIS
Kudusku Tak Seindah YUSUF
JAHAL bukan diriku,
Semakin deras sungai ini mengalir,
Perlihatkan dindingnya merapuh,
Apakah harus menyeru syaitan satukan seteru.
kerana amarah aku kepada mereka yang selalu membicarakan tentang aku sedangkan xkenal siapa aku...
Oct 28, 2010
Kamu
Kau depanku tersenyum sipu,
Aku berlari...,
Tatap wajahmu aku kaku,
Aku terus malu,
Senyummu terhias senda,
Mencarik kolam jiwa,
Dadaku menderu lagu,
Menari angin jiwa,
Hidup kau dalam diriku,
Selama senyummu ku tadah,
Selagi pelangi kukuh talinya,
Selama kau berdarah,
Selagi masa tak kunjung tiba,
Ku harap kita tak membelah,
Senyummu buat ku gudah,
Coba ditahan gelora asmara,
Satukan kita bersama....
Sebelum aku parah....
senyuman sahabat ini telah membuatkan aku gundah... ini warna utk anda...
Aku berlari...,
Tatap wajahmu aku kaku,
Aku terus malu,
Senyummu terhias senda,
Mencarik kolam jiwa,
Dadaku menderu lagu,
Menari angin jiwa,
Hidup kau dalam diriku,
Selama senyummu ku tadah,
Selagi pelangi kukuh talinya,
Selama kau berdarah,
Selagi masa tak kunjung tiba,
Ku harap kita tak membelah,
Senyummu buat ku gudah,
Coba ditahan gelora asmara,
Satukan kita bersama....
Sebelum aku parah....
senyuman sahabat ini telah membuatkan aku gundah... ini warna utk anda...
Oct 22, 2010
Sepi
Sepi... Tertawa aku sendiri,
Melidi, warna diri, getus hati,
Jadahnya ini,
Cepat berbagi,
Sepi tertawa,
Sepi tak hingga,
Meratap sayu dari puncak dewata
diterima???,
Semua bagai sang suria,
Dihina mati angkasa,
Aku ini api dalam lohong
Sepiku bukan melolong
Tangisku tak ditolong,
Biarkan aku dilorong,
Dipasung.. di usung... di sarung
Takla talkin di laung,
Tinggalkan aku meraung,
Maafkan aku yang Agung
waktuku habis berlopong
Melidi, warna diri, getus hati,
Jadahnya ini,
Cepat berbagi,
Sepi tertawa,
Sepi tak hingga,
Meratap sayu dari puncak dewata
diterima???,
Semua bagai sang suria,
Dihina mati angkasa,
Aku ini api dalam lohong
Sepiku bukan melolong
Tangisku tak ditolong,
Biarkan aku dilorong,
Dipasung.. di usung... di sarung
Takla talkin di laung,
Tinggalkan aku meraung,
Maafkan aku yang Agung
waktuku habis berlopong
Masa
Masa itu telah bermula agaknya....
Cuma... Terpulang...
Ia telanjang atau terajang...
Masa telah datang...
Terpulang...
Terbang... Hilang...
Masa itu tak pernah curang
ku harapkan ia terbang
cuma ia berselang... tak hilang...
Masa itu tak garang..
Bimbang... ia curang...
aku menghilang....
Cuma... Terpulang...
Ia telanjang atau terajang...
Masa telah datang...
Terpulang...
Terbang... Hilang...
Masa itu tak pernah curang
ku harapkan ia terbang
cuma ia berselang... tak hilang...
Masa itu tak garang..
Bimbang... ia curang...
aku menghilang....
Oct 19, 2010
Oct 18, 2010
Kiri & Kanan
Hadirmu dalam mimpiku,
Jemputkan aku kekamar beradu,
di antara kiri & Kanan
Aduh!!! Mengaduhku harapkan teduh,
Papan merapuh disamping Tepianku
Pulangkan aku kepadanya,
Belum saatnya rajawali kebumi bagiku,
Algojo muram durja kerna silamku,
Lena dijentik syahdu,
harapkan ia tak sepilu hatiku...
Terimakah warna hidup ku????
Biarla DIA penentu....
Jemputkan aku kekamar beradu,
di antara kiri & Kanan
Aduh!!! Mengaduhku harapkan teduh,
Papan merapuh disamping Tepianku
Pulangkan aku kepadanya,
Belum saatnya rajawali kebumi bagiku,
Algojo muram durja kerna silamku,
Lena dijentik syahdu,
harapkan ia tak sepilu hatiku...
Terimakah warna hidup ku????
Biarla DIA penentu....
Ampun
Lamaku tinggal,
karam sepi hanyut,
bersama silamku yang kelam,
masih berbukam,
Cinta padaMU sentiasa Surut
Sesurut warna putih jiwaku,
wajib yang disuruh, haram yang dilaku,
masih karam hanyut dibawa perahu,
dinihari hingga kelam tak kuhiraukan,
lafaz cinta padamu kuringgankan,
kalimah yang tertera sudah pudar,
Adakah ia masih diterima,
Lafaz cinta agung yang benar
walaupun jiwaku tak berwarna,
silamku pekat bernanah,
Ampunkn aku ALLAH,
dahi telanjang nantikan kalimah
kuharap diterima,
andai penuh nista,
jangan bawa aku bertemu ifrit durjana
karam sepi hanyut,
bersama silamku yang kelam,
masih berbukam,
Cinta padaMU sentiasa Surut
Sesurut warna putih jiwaku,
wajib yang disuruh, haram yang dilaku,
masih karam hanyut dibawa perahu,
dinihari hingga kelam tak kuhiraukan,
lafaz cinta padamu kuringgankan,
kalimah yang tertera sudah pudar,
Adakah ia masih diterima,
Lafaz cinta agung yang benar
walaupun jiwaku tak berwarna,
silamku pekat bernanah,
Ampunkn aku ALLAH,
dahi telanjang nantikan kalimah
kuharap diterima,
andai penuh nista,
jangan bawa aku bertemu ifrit durjana
Jiwa Aku
Di air yang tenang, di angin mendayu,perasaan penghabisan segala melaju,
menderu angin memacu laju,
bersama "Quarter Horse" berlari laju,
Berlari masih terus berlari,
Hingga temu warisan duniawi,
Alpa lihat bintang terus cumbui bulan,
Malam terus cemburi diri,
Warisannya harus kembali sebelum dinahari,
berlari terus berlari, melayang di atas sana,
Terhempas di satu wajah.
Lelaki montel berambut jarang, senyum tak lekang,
Ia lelaki yang resah, hilang arah,
mana menghilang? semua goyang?
merapuh tinggalkan sendirian?? kawan....
hanya warisan yang ditinggalkan
Baru berkenalan. Cuma berpandangan
Sungguhpun samudra jiwa sudah selam berselam
Masih saja berpandangan...
diheretnya ke orkes di teras emas kota,
Sebelum "Si MILA" bercerita,
tentang kehidupan selapasnya....
Angin memacu laju, dingin tubuhnya....
ku selimuti baldu Parsi,
Maka... bermula sebuah warna pertama si pemuda & dara....
Aduh! mengaduhku, minta sembuh,
Jiwaku di telanjang tika dia menerajang,
Diam, terus diam bisu...
masih di terajang, tapi ia girang,
Kersani terus merapuh,
Pahlawan terbilang hancur,
kerna bisa kata warisan kota,
"tak usah cumbui aku"
GILA!!!! teriak ku bisu
Bicaranya sama,
Bermula 1 pergi 2, 3
Hingga menjentik merah jiwa,
Darahku masih mengalir laju
masih membisu, seolah mati kaku
Persoalannya membentakkan jiwa muda dipaksa,
Ya!! aku terpaksa diamkan bicaramu,
biarpun jiwa ku gelojak amarah,
Hei! Aku Pahlawan rimba,
Kersaniku tak akan cair begitu,
Bicaranya nggak ketahuan,
Amarah jiwa dipersoalkan
ingin dibakar warisannya
Ajaib....
Dari amarah terbuka jiwa,
Semua kerna kudus bicara,
Pahlawan rimba mengatur langkah,
biarpun warisan salah angkara,
kasturi mula menghakis kersani...
Bermula cerita... JIWA
Ia ketawa
Dan rumput kering terus menyala
bukan tika diheret ke teras kota,
Ya! Bukan pertama, udah bicara,
merah bukan amarah,
ini warisan dicarinya,
Bagaimana???
Pahlawan ini kelu bicara,
"bicara hancurkanku,
Amarah menghempas ku,
tak aku malu, ia bicara begitu,
dari jiwa kudus sucinya satu"
Suaranya tinggi
Darahku terhenti berlari
Apakah aku harus memacu seru angin membantuku,
kabarkan bicaramu yang mengodaku,
benar bicaramu, hanyutkan kersaniku
Jalan sudah bertahun ku tempuh
tiada yang fahamiku,
seru dia aku menunggu
Rajawali ke bumi akanku tunggu,
andai ia tali pelangiku....
biarla ia mengalir sama kersaniku....
akan kucoba memeluk hati mati,
andai pelangi itu pekat warnai....
harapkan tali itu akan terus bertemu
dengan pelangi jiwa mudamu.....
P/S: Terima kasih kepada yg memberi inspirasi, berjaya utk aku 1st time,
maaf kalo ada yg terasa bkn utk kritik or kenakan sesape....
hakikatnya semua kerna bisa kata2, aku berkata YA, utk diam bicara,
Aku benci soalan yg sama...
MAAF ANDAI WARNA INI BUAT KAMU TERASA...
harap Jgn menjauh sudah....:-)
menderu angin memacu laju,
bersama "Quarter Horse" berlari laju,
Berlari masih terus berlari,
Hingga temu warisan duniawi,
Alpa lihat bintang terus cumbui bulan,
Malam terus cemburi diri,
Warisannya harus kembali sebelum dinahari,
berlari terus berlari, melayang di atas sana,
Terhempas di satu wajah.
Lelaki montel berambut jarang, senyum tak lekang,
Ia lelaki yang resah, hilang arah,
mana menghilang? semua goyang?
merapuh tinggalkan sendirian?? kawan....
hanya warisan yang ditinggalkan
Baru berkenalan. Cuma berpandangan
Sungguhpun samudra jiwa sudah selam berselam
Masih saja berpandangan...
diheretnya ke orkes di teras emas kota,
Sebelum "Si MILA" bercerita,
tentang kehidupan selapasnya....
Angin memacu laju, dingin tubuhnya....
ku selimuti baldu Parsi,
Maka... bermula sebuah warna pertama si pemuda & dara....
Aduh! mengaduhku, minta sembuh,
Jiwaku di telanjang tika dia menerajang,
Diam, terus diam bisu...
masih di terajang, tapi ia girang,
Kersani terus merapuh,
Pahlawan terbilang hancur,
kerna bisa kata warisan kota,
"tak usah cumbui aku"
GILA!!!! teriak ku bisu
Bicaranya sama,
Bermula 1 pergi 2, 3
Hingga menjentik merah jiwa,
Darahku masih mengalir laju
masih membisu, seolah mati kaku
Persoalannya membentakkan jiwa muda dipaksa,
Ya!! aku terpaksa diamkan bicaramu,
biarpun jiwa ku gelojak amarah,
Hei! Aku Pahlawan rimba,
Kersaniku tak akan cair begitu,
Bicaranya nggak ketahuan,
Amarah jiwa dipersoalkan
ingin dibakar warisannya
Ajaib....
Dari amarah terbuka jiwa,
Semua kerna kudus bicara,
Pahlawan rimba mengatur langkah,
biarpun warisan salah angkara,
kasturi mula menghakis kersani...
Bermula cerita... JIWA
Ia ketawa
Dan rumput kering terus menyala
bukan tika diheret ke teras kota,
Ya! Bukan pertama, udah bicara,
merah bukan amarah,
ini warisan dicarinya,
Bagaimana???
Pahlawan ini kelu bicara,
"bicara hancurkanku,
Amarah menghempas ku,
tak aku malu, ia bicara begitu,
dari jiwa kudus sucinya satu"
Suaranya tinggi
Darahku terhenti berlari
Apakah aku harus memacu seru angin membantuku,
kabarkan bicaramu yang mengodaku,
benar bicaramu, hanyutkan kersaniku
Jalan sudah bertahun ku tempuh
tiada yang fahamiku,
seru dia aku menunggu
Rajawali ke bumi akanku tunggu,
andai ia tali pelangiku....
biarla ia mengalir sama kersaniku....
akan kucoba memeluk hati mati,
andai pelangi itu pekat warnai....
harapkan tali itu akan terus bertemu
dengan pelangi jiwa mudamu.....
P/S: Terima kasih kepada yg memberi inspirasi, berjaya utk aku 1st time,
maaf kalo ada yg terasa bkn utk kritik or kenakan sesape....
hakikatnya semua kerna bisa kata2, aku berkata YA, utk diam bicara,
Aku benci soalan yg sama...
MAAF ANDAI WARNA INI BUAT KAMU TERASA...
harap Jgn menjauh sudah....:-)
Warna
Bukan tujuan aku untuk glamor,
hanya mahu hiburkan diri waktu aku terbuang, luahkan apa yang terbuku...
kerna aku akan kaku....
di wujudkan ini kerna WARNA adalah hakikat kehidupan & kompleks untuk diterangkan...
Maka disini tempat bersidang....
Kalian dibenarkan untuk komen positif / negatif atau hadirkan warna untuk warnai rumah ini.
P/S: Bukan hanya Puisi apa saja boleh di terima andai anda berwarna...
SENI ITU PELIK
hanya mahu hiburkan diri waktu aku terbuang, luahkan apa yang terbuku...
kerna aku akan kaku....
di wujudkan ini kerna WARNA adalah hakikat kehidupan & kompleks untuk diterangkan...
Maka disini tempat bersidang....
Kalian dibenarkan untuk komen positif / negatif atau hadirkan warna untuk warnai rumah ini.
P/S: Bukan hanya Puisi apa saja boleh di terima andai anda berwarna...
SENI ITU PELIK
Subscribe to:
Posts (Atom)